Minggu, 09 Juni 2013

THEORY OF PERSONALITY FROMM AND SULLIVAN


A.    Sejarah Tokoh

v  Formm

Ada beberapa pengalaman yang mempengaruhi pandangan Fromm,  Fromm tidak dikelilingi pribadi-pribadi yang sehat. Ayahnya sering murung, sedangkan ibunyasangat sering tertekan. Sehingga masa kanak-kanaknya sangat tidak nyaman. Namun keluarga Fromm juga seperti Jung, yaitu keluarga yang sangat religius (Yahudi Ortodoks). Beberapa pengalaman yang ia lihat setidaknya ada dua yang sangat mempengaruhinya. Yang pertama ketika ia melihat seorang gadis yang cantik, menarik, dan juga seorang pelukis. Ketika ayah gadis ini meninggal, ia bunuh diri dan meninggalkan pesan bahwa ia ingin dikuburkan dengan ayahnya. Peristiwa itu mendorong Fromm untuk bertanya mengapa hal itu terjadi. Peristiwa kedua adalah ketika Perang Dunia I. Pada usia 14, ia melihat nasionalisme yang ekstrim. Dia mendengar pesan disekitarnya : Jerman, atau lebih tepatnya, Kristen Jerman adalah besar; Mereka (Inggris dan sekutu mereka) adalah bayaran yang murah. Ia membenci  'histeria perang,' takutnya.  


Dari pengalaman-pengalaman yang membingungkan ini, Fromm mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat dan sumber tingkah laku irasional. Dia menduga hal itu adalah pengaruh dari kekuatan sosio-ekonomis, politis, dan historis secara besar-besaran yang mempengaruhi kodrat kepribadian manusia. Sesuatu yang irasional--irasionalitas iatemukan beberapa jawaban, kali ini dalam tulisan-tulisan Karl Marx.  Kemudian ia menerima gelar PhD dari Heidelberg pada tahun 1922 dan memulai karir sebagai psikoterapis. Ia pindah ke Amerika Serikat tahun 1934 dan menetap di New York, dimana dia bertemu banyak pemikir besar pengungsi lain yang berkumpul disana, termasuk Karen Horney. Menjelang akhir karirnya, ia pindah ke Mexico City untuk mengajar. Dia telah melakukan penelitian yang cukup besar ke dalam hubungan antara kelas ekonomi dan tipe kepribadian. Ia meninggal pada tahun 1980 di Swiss.
Dari tahun 1923 sampai awal tahun tigapuluhan ia berasosiasi dengan Medical School of the University of Maeeyland dan dengan Sheppard and Enoch Pratt Hospital di Townson, Marryland.Disitu merupakan periode kehidupannya dimana Sullivan menemukan Schizhophrenia yang kemudian memapankan reputasinya selaku clinician. ia meninggalkan Marryland dan membuka kantor di Park Avenue di New York City. Pada saat itu ia memulai training analisa dengan Clara Thomson, seorang pelajar dari Sandor Ferenczi. Ini bukanlah pembukaannya yang pertama kepada Psikoanalisa. Ia menghabiskan kurang lebih 75 jam dari analisa, sementara ia masih menjadi mahasiswa kedokteran. Pada tahun 1936, ia membantu dan menjadi direktur dari The Washing ton School of Psychiatry. Journal Psychiatry mulai dipublikasikan pada tahun 1938 untuk mempromosikan teori Sullivan tentang relasi-relasi interpersonal. Ia menjadi ko-editor dan kemudian menjadi editor sampai ia meninggal


Tahapan
Periode
Pencapaian Utama
Perkembangan Negatif
Infancy (masa bayi)

0-18 bulan
Sejak lahir, sampai dapat berbicara dengan jelas.
- Mulai mengorganisasikan pengalaman.
- Belajar untuk mencapai suatu kepuasan dari kebutuhannya.
- Butuh pengamanan karena masih memiliki sifat ketidakacuhan dan bertindak sendiri (somnolent detachment).
Childhood (masa awal kanak-kanak)

18 bulan-4 tahun
Dimulai sejak dapat berbicara sampai berinteraksi di kelompoknya.
-Belajar mengenali orangtua.
-belajar untuk bertoleransi (mengganti kepuasan yang satu dengan yang lain)
- perilaku “seolah-olah/as if”. Yaitu merasionalisasikan apa yang ada, dan mengalami masa-masa yang menyenanngkan.
Juvenile Era

4-8 atau 10 tahun
Dimulai sejak dapat berinterkasi dengan kelompok, hingga memiliki sahabat.
-Belajar bekerjasama dan berkompetisi.
-belajar untuk menaati aturan.
-stereotipe
-penolakan dari pergaulan
- penghinaan
Pre-adolescence

8 atau 10-12 tahun
Dimulai sejak memiliki sahabat sebagai permulaan dari pubertas dan kebutuhan seksual.
-belajar menyayangi orang lain dan dirinya sendiri sebagaimana baiknya.
- kesepian
Early Adolesence

(12-16 tahun)
Dimulai sejak pubertas untu menetapkan sebuah pola yang stabil dari perilaku seksual.
Integrasi untuk membutuhkan keakraban dan kepuasan seksual.
-pola yang tidak puas dari perilaku seksual.
Late Adolesence

(16-awal 20 tahun)
Dimulai sejak metapkan pola seksual untuk mengembangkan pengelolaan social, kejuruan dan aktifitas ekonomi sebagai orang dewasa
-integrasi dengan llingkungan social orang dewasa.
- menghargai diri sendiri
-personifikasi yang tidak akurat
-adanya suatu pembatasan dalam kehidupan.
Maturity

(>20 tahun)
-
Konsolidasi dari pencapaian pada tahap lalu.





Sullivan

Harry Stack Sullivan lahir di suatu daerah pertanian dekat Norwich, New York, tanggal 21 Februari 1892, dan meninggal tanggal 14 Januari 1949 di Paris, Perancis dalam perjalanan pulang dari pertemuan eksekutif board dari world Federation for Mental Health di Amsterdam. Ia menerima ijazah medis dari Chicago College of medicine and surgery pada tahun 1917, dan bekerja sama dengan tentara selama Perang dunia I, setelah perang ia menjadi officer medis dari Federal Board for Vocational Education dan kemudian menjadi officer pada Publik Health Service. Tahun 1922 Sullivan berangkat ke rumah Sakit St. Elizabeth di Washington DC dimana ia berada di bawah asuhan William Alanson White, pimpinan American Neuropsychiatry.


B.      Teori atau Definisi Kepribadian

v  Fromm:

Definisi atau teori kepribadian menurut Fromm adalah perpaduan unik antara pemikiran Freud dan Karl Marx. Dimana Freud menekankan pada ketidakasadaran, faktor biologis, represi dan sebagainya. Dengan kata lain Freud menekankan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor biologis. Sedangkan Marx lebih menekankan pada faktor lingkungan yang mempengaruhi manusia. Fromm menambahkan dari kedua faktor tersebut, yang cukup asing bagi mereka. Yaitu, Freedom. Fromm menyatakan bahwa dapat melampaui determinasi yang dikatakan oleh Freud dan Marx. Faktanya Fromm memberikan sebuah gagasan bahwa Freedom sebagai karakter yang utama atau pusat dalam kehidupan manusia.

v  Sullivan:

Sullivan berulang kali menekankan bahwa personality itu merupakan suatu kesatuan hipotetis yang murni, ‘suatu illusi’, yang mana tidak dapat diobservasi atau dipelajari secara terpisah dari situasi interpersonal. Bagian yang dipelajari ialah situasi interpersonal dan bukannya si individu. Tatanan kepribadian (The Organization of personality) lebih mencakup ‘interpersonal’ ketimbang hal-hal intra psikis. Kepribadian hanya dimanifestasikan pada saat individu bertindak dalam relasi terhadap satu atau lebih orang lain. Akan halnya individu itu sendiri tidak perlu dipermasalahkan, pada kenyataannya ia dapat berupa illusi atau figure yang bukan sesungguhnya.

C.    Struktur Kepribadian

v  Fromm:

Fromm menjelaskan beberapa cara manuisa untuk memperoleh kebebasanya, yaitu:

1.      Authoritarianism: Fromm mengatakan bahwa manusia dapat memperoleh kebebasannya dengan berbaur dengan orang lain. Ada dua cara untuk berbaur dengan orang lain, pertama adalah menjadi patuh untuk mengikuti oranglain yang memiliki wewenang lebih. Kedua, membuat kewewenangannya sendiri yang membuat orang lain patuh.

2.      Destructiveness: Para kaum Authoritarians sangat merespon pandangan ini. Dimana ada sebuah ilustrasi yang dapat menggambarkan perolehan kebebasan ini. Yaitu perkataan bahwa “Jika, tidak ada saya, maka siapa yang dapat menyakiti atau menyaingi saya?” yang kedua adalah “jika saya menghancurkan dunia ini, maka siapa yang dapat menyakiti saya?”. Menurut Fromm, pandangan ini merupakan penyebab dari kebrutalan, kekerasan, bunuh diri dan sebagainya.

3.      Automaton Conformity: Pada bagian ini, Fromm menegaskan bahwa manusia memperoleh kebebasannya melalui orang lain disekitarnya. Ilustrasinya adalah, apabila mereka memutuskan untuk memakai baju pada pagi hari, dengan melihat pakaian orang lain membuat rasa frustasi mereka hilang. Maka. Apabila mereka bersikap seperti sekelilingnya, kemudian menghilang dari kerumunan mereka tidak perlu mengakui kebebasannya.


v  Sullivan:

Sulivan tegas menyatakan sifat dinamik  kepribadian, sehingga merendahkan konsep Id-ego-super ego-dll. Dia juga memberi tempat penting dalam teorinya beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama.

1.      Dinamisme (The dynamism). Dinamisme adalah pola khas tingkah laku yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciri khusus seseorang. Tranformasi  tingkah laku itu bisa terbuka (dapat diamati) atau tersembunyi (dalam fikiran atau khayalan).

2.      Personifikasi (personification). Personifikasi adalah suatu gambaran mengenai diri atau orang lain yang dibagun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasaan atau kecemasan.

3.      Sistim self (self-sytem). Merupakan bagian dinamisme yang paling kompleks. Suatu pola tingkah laku yang konsisten yang mempertahankan keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan. Sistim ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia dimana anak mulai belajar tingkah laku mana yang berhubungan, meningkatkan atau menurunkan, kecemasan.


D.    Dinamika Kepribadian

v  Fromm:

Fromm percaya bahwa ketidaksadaran social dalam diri manusia adalah cara yang paling baik untuk menjelaskan sistem dalam kehidupan manusia. Fromm memberikan lima pandangan kepribadian, yaitu :

1.      Receptive Orientation. Type ini mendapatkan sesuatu seperti : cinta, pegetahuan, dan kesenangan yang berasal dari orang lain
2.       Exploitative Orientation. Type ini menggunakan cara-cara licik dan kekerasan untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.
3.      Hoaring Orientation. Type ini mengutamakan keamanan dan perasaan pribadinya. Perilaku kikir tidak hanya untuk uang dan materi tetapi juga untuk emosi dan pikiran
4.      Marketing Orientation. Type ini berbasis pada komoditas pasar. Kesuksesan dan kegagalan tergantung seberapa baik kita dapat menjual diri kita. Keterampilan, pengetahuan, dan intergritas bukan hal yang terlalu penting. Kepribadian kita yang baik sangat dipentingkan.
5.      Productive Orientation. Type ini mengasumsikan kemampuan kita untuk mewujudkan potensi kita dalam mengembangkan diri. Productivitas tidak hanya sebatas kreativitas dalam hal materi tetapi juga sikap kita yang dapat kita capai. Kombinasi antara produktive dan nonproductive merupakan hal yang terbaik.


v  Sullivan:

Sullivan berpendapat bahwamanusia sebagai sistem energy memiliki pengurangan ketegaggan yang diperoleh dengan kebutuhannya. Ketegangan dan perilaku ini dapat menghilangkan proses kognitif, persepsi dan berfikir.

1.      Ketegangan (tension)
Ketegangan muncul secara bertahap dalam rentang relaksasi. Yaitu: Euphoria, Anxiety (Gangguan), dan Somnolent Detachment (Gangguan tidur).

2.      Modes of Experience
Adalah proses kognitif manusia. Proses atau pengalaman kognitif manusia menurut Sullivan dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, mengikuti alur perkembangan dan kemasakan organisme, yakni prototaksi, parataksi dan sintaksis.
a.       Prototaksi: Adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada masa bayi,dimana arus kesadaran (pengindaraan, bayangan dan perasaan) mengalir kedalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan sesudah.
b.      Parataksis: Kira-kira pada tahun kedua , bayi mulai mengenali persamaan atau perbedaan peristiwa, disebut pengalaman parataksis. Pada tahap ini bayi mengembangkan cara berpikir melihat hubungan sebab akibat, assosional peristiwa yang terjadi pada saat yang bersamaan atau peristiwa-peristwa yang detailnya sama, tetapi hubungan itu tidak harus logis.
c.       Sintaksis: Berfikir logikdan realistik, menggunakan lambang-lambang yang diterima bersama, khususnya bahasa-kata-bilangan.

E.     Perkembangan Kepribadian

v  Fromm:

Personality Development in Childhood. Fromm mengemukakan 3 mekanisme hubungan perseorangan (interpersonal relatedness), yaitu:

1. Symbiotic relatedness, mekanisme pada anak-anak untuk memperoleh rasa aman di mana anak-anak tetap dekat dan bergantung pada orang tuanya.

2. Withdrawal-destructiveness, mekanisme pada anak-anak untuk memperoleh rasa aman di mana anak-anak menjaga jarak diri terhadap orang tuanya.

3. Love, bentuk interaksi orang tua anak dimana orangtua menberi reapon dan rasa aman serta tanggunag jawab yang seimbang.


v  Sullivan:

Personality over the time: The Developmental Epoch (Kepribadian sepangjang waktu: Perkembangan sepangjang zaman)




v  Fromm:

Fromm mendefinsikan ada dua penyebab perubahan perilaku daalam diri manusia. yaitu:

1.      Necrophilous. Type ini lebih memikirkan masa lalu dan cenderung menyendiri. Pikiran utama mereka berpusat pada pembunuhan maupun kematian. Tidak semua orang liar seperti hal tersebut. Beberapa mungkin tampak tidak berbahaya meskipun mereka meninggalkan kehancuran emosional di masa lalu mereka.
2.      Biophilous. Type ini cinta akan kehidupannya dan tertarik untuk bertumbuh dan berkreasi. Mereka mencoba mempengaruhi orang lain, bukan dengan kekuasaan atau kekuatan melainkan dengan cinta, akal, dan contoh yang mereka berikan. Mereka prihatin dengan perkembangan orang lain dan berpandangan untuk menuju masa depan.


v  Sullivan:

Sullivan menyatakan bahwa semua gangguan atau perubahan perilaku disebabkan oleh kecemasan. Sulivan telah menemukan beberapa diagnosis dan treatment yang diperolehnya melalui pekerjaannya sebagai terapis di rumah sakit.  Salah satunya adalah Penelitian Schizophrenia. Sullivan memiliki kemampuan dalam menangani penderita Schizophrenia. Sullivan bersikeras bahwa penderita Schizophrenia dapat ditangani oleh terapis yang memiliki kesabaran, pengertian dan ketaatan dalam menangani pasian.


G.    Assessment & Reasearch

v  Fromm:

Penilaian:
Fromm menulis sedikit tentang teknik penilaiannya. Dia kadang-kadang disebut pengamat psikoanalitik tetapi tidak menawarkan temuan analitis tertentu atau studi kasus. Kolega dari fromm menunjukkan bahwa ia berfokus terutama pada komentar dari pasiennya yang mendukung teori-teorinya. Dia mungkin telah "lalai, tidak sabar, atau benar-benar meremehkan aspek pengalaman mereka yang tidak bertepatan dengan nya" intuitif" masalah mereka dan situasi”. Ada kemungkinan bahwa data fromm yang dikumpulkan dari pasiennya adalah sangat selektif .

Penelitian:
Dia tidak mengumpulkan data yang bersifat psikoanalisis dari pasien, namun kritik dari studi kasus yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya juga berlaku untuk fromm. Tidak mungkin untuk menduplikasi dan memverifikasi pengamatan klinis Fromm atau kondisi di mana ia membuat mereka. Fromm tetap yakin akan nilai ilmiah dan kredibilitas studi kasus sebagai metode penelitian. Dia mengakui bahwa hasil tidak dapat diuji oleh metode eksperimental atau korelasional, tetapi bersikeras dapat diuji oleh analis berulang pengamatan mereka, tetap tidak mungkin bagi orang lain untuk mengulangi atau untuk menetapkan kondisi yang sama.

v  Sullivan:

Penilaian:
Sullivan merumuskan interview sebagai suatu sistem atau rangkaian sistem proses-preoses antar pribadi yang timbul dari observasi partisipan dimana penginterview mendapat kesimpulan-kesimpulan tentang orang yang diinterview.

Penelitian:
Teori tentang hubungan antar pribadi menurut Sullivan sangat menekankan metode observasi partisipan. Data yang diperoleh dianggap sebagai hal yang sekunder, selanjutnya, ini berarti bahwa keterampilan dalam menyelenggarakan interview psikiatrik secara tatap muka atau dari hari ke hati merupakan sesuatu yang sangat penting. Interview Psikiatrik adalah istilah Sullivan untuk tipe situasi antar pribadi dan tatap muka yang terjadi antara pasien dan ahli terapi.

H.    Isu-isu

v  Fromm

Dalam gambaran Human Nature, Fromm berpendapat bahwa kita terbentuk dari masyarakat sosial, politik, dan karakteristik ekonomi, namun hal-hal tidak tersebut tidak sepenuhnya menentukan karakter kita. Dimana kepribadian kita tidak hanya terbentuk dari pengajaran orang tua, tetapi bisa saja terbentuk dari lingkungan sosial kita dan hal-hal yang kita pelajari di luar lingkungan keluarga. Dan kita bukanlah boneka yang bereaksi ketika benang bonekanya ditarik. Malah, kita memiliki mekanisme yang bisa membentuk karakter dan lingkungan sosial kita. Fromm mempercayai bahwa kita memiliki kecenderungan bawaan untuk, lahir, berkembang, dan menyadari kemampuan kita. Dan itu menjadi tugas utama kita di kehidupan kita. Walaupun Fromm menyarankan bahwa “Universality”  ­­­­­­­̶̶̶ suatu karakter sosial yang umum pada budaya tertentu ̶  dia juga percaya bahwa setiap orang itu memiliki keunikan. Dan Fromm tidak berpikir bahwa kita itu memiliki sifat bawaan yang baik atau jahat, melainkan kita dapat menjadi jahat, jika kita gagal untuk menyadari kemampuan kita.

v  Sullivan
Banyak pekerjaan klinis Sullivan terfokus kepada permasalahan orang yang didiagnosis schizopernia. Sullivan sangat berbakat dalam berkomunikasi dan mengerti orang-orang seperti itu. Sullivan bersikeras bahwa pasien tidak putus asa dan mereka mungkin sukses dirawat jika ahli terapi bersedia untuk bersabar, memahami dan jeli. Sullivan membangun sebuah ruangan khusus untuk pasien laki-laki penderita skizofrenia yang terisolasi dari keseluruhan  rumah sakit dan dikelola oleh pembantu pria yang dia pilih dan terlatih. Menurut Chapman, pada akhir tahun ditemukan bahwa  para pasien telah melakukan jauh lebih baik daripada yang lainnya yang menderita diagnosis yang mirip. Peningkatan sekitar 80%. Hal tersebut mematahkan teori-teori dari para peneliti sebelumnya yang mengatakan bahwa orang yang terkena skizoprenia tidak dapat disembuhkan.

I.       Komentar Kelompok

v  Fromm:
Menurut kelompok kami, teori Freedom yang ditekankan oleh Fromm memiliki pengertian yang kurang kompleks. Karena, pengertian dari Freedom sendiri belum dimiliki pada manusia tahap awal. Contohnya: anak yang masih berumur 3 tahun, masih harus mengikuti prosedur perkembangan pada tahap umurnya. Karena belum memiliki kemampuan kognitif maupun fisik yang cukup matang. Tetapi Fromm menjelaskan melalui pengertian yang cukup kompleks dalam dinamika kepribadian.

v  Sullivan:
Menurut kelompok kami, bagian yang paling kompleks yang dikemukakan oleh Sulivan adalah pada tahap perkembangan, dimana berawal dari masa bayi sampai dewasa. Sullivan juga menjelaskan dinamika kepribadian yang jelas berdasarkan perilaku manusia.




J.      Daftar Pustaka
Hall, Calvin, et al. 1985. Introduction To Theories of Personality. New Jersey: John Wiley dan Sons, inc.
Pervin, L.A, Daniel C, Oliver P. John. 2005. Personality Theory and Research 9th edition. New Jersey: John Wiley& Sons, inc.
Schultz, D, Sidney. E.S. 2005 Theories of Personality 8th edition. California: Wadswoth
http://webspace.ship.edu/cgboer/frommtest.html
Hall, Calvin, Lindsey Gardner. 2005. Teori-teori Psikodinamik. Jakarta: Kanisius.


AWAL MULA KONFLIK MEGAWATI - SBY


Konflik Mega-SBY Menahun


Presiden SBY kembali menegaskan kesediaannya mencairkan hubungan dengan Megawati yang telah membeku sejak 2004.
“Andaikata, andaikata, Ibu Mega bilang besok saya mau bertemu dengan SBY, maka saya pun besok juga akan mau bertemu dengan beliau. Banyak hal yang perlu diklarifikasi antara saya dan beliau,” ujar SBY dalam acara silaturahmi dengan wartawan di kediaman pribadinya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/)
PDIP, partai yang dipimpin Mega, sendiri masih enggan melayani SBY. “Kan tidak ada masalah yang mendesak yang mengharuskan kedua beliau untuk ketemu,” ujar Ketua PDIP Tjahjo Kumolo.
Bagaimana sebenarnya konflik ini bermula? Untuk kilas balik, ada baiknya kita buka buku laris karya Prof Dr Tjipta Lesmana MA., berjudul Dari Soekarno Sampai SBY Intrik & Lobi Politik Para Penguasa.
Di halaman 303, Prof Tjipta menulis, jauh sebelum Pilpres 2004, Presiden Megawati diam-diam melakukan semacam investigasi tentang keinginan dan kesiapan sejumlah pembantunya untuk terjun dalam pesta demokrasi itu. Ketika itu sejumlah menteri sudah santer disebut-sebut bakal mencalonkan diri. Mereka antara lain SBY, Yusril Ihza Mahendra, Hamzah Haz dan Jusuf Kalla. Investigasi ini juga tampaknya juga dilakukan Mega untuk mencari pasangan cawapres.
Menkeh dan HAM Yusril Ihza Mahendra yang ditanya Megawati mengaku menjawab apa adanya, dia siap dicapreskan PBB. Apakah dirinya akan berpasangan dengan SBY, Yusril menjawab tidak.
Berbeda dengan Yusril, SBY selalu mengelak menjawab secara eksplisit setiap kali ditanya wartawan. Dengan diplomatis, SBY selalu menjawab, ia masih berkonsentrasi pada pelaksaan tugasnya sebagai Menko Polkam.
Memasuki 2004 wajah SBY sering tampil di layar televisi, terkait program sosialisasi pemilu 2004. Oleh sebagian kalangan, tayangan itu dinilai kampanye terselubung SBY. Program ini kemudian distop KPU karena banyak protes.

Sepeti anak kecil
Megawati dan kubunya rupanya menaruh curiga pada manuver SBY. “Sumber penulis menuturkan, yang membuat Megawati kesal, bercampur galau, adalah sikap SBY yang dinilai tidak jantan, yakni tidak mau jujur ketika ditanya presiden apakah ia hendak mencalonkan diri. Kalau saja SBY mengambil sikap seperti Yusril, persoalan mungkin menjadi lain: sejak awal Megawati pasti akan meminta SBY meninggalkan kabinet; sama halnya dnegan Yusril. Namun SBY selalu menunjukkan sikap yang ambivalen, Megawati pun menggunakan taktik lain. Secara sistematis dan diam-diam dia mengucilkan SBY dari kabinet,” tulis Prof Tjipta di halaman 305.
Pengucilan itu dilakukan dengan tidak melibatkan SBY dalam sidang kabinet terkait bidang tugasnya. Ketika isu SBY dipinggirkan ini mencuat, Mega sudah mencium aroma politik SBY. Muncul pula pernyataan Taufiq Kiemas yang emosional, mengecam sikap SBY yang dinilai “seperti anak kecil”. “Dia menjadi Menko Polkam kan diangkat Presiden. Karena itu mestinya dia lapor ke Presiden, dia mau mencalonkan diri sebagai capres,” komentarnya.
Konflik SBY-Mega berakhir ketika pada 11 Maret 2004, SBY mundur sebagai Menko Polkam. Dua hari setelah mundur, SBY langsung berkampanye untuk Partai Demokrat di Banyuwangi, Jawa Timur. Tentunya, kampanye ini tak mungkin dilakukan mendadak alias telah disusun jauh hari, saat dia masih menjabat sebagai pembantu Megawati.
“SBY dianggap pengkhianat. Menikam dia (Mega-red) dari belakang! Enggak gentle,” ucap Roy Janis (halaman 289). Roy adalah tangan kanan Mega yang kini berseberangan dengan Mega dan mendirikan PDP.
“SBY dianggap menelikung dia. Mengkhianati dia,” kata Laksamana Sukardi, orang kepercayaan Mega yang kini satu gerbong dengan Roy.
Menurut Roy, kegusaran dan kebencian Mega terhadap SBY bahkan diartikulasikan dalam rapat DPP PDIP. “Kalau orang lain, Amien Rais presiden, Wiranto presiden, siapalah, saya datang. Tapi, kalau ini (SBY), saya enggak bisa, karena dia menikam saya dari belakang!” begitu kata Mega di rapat pimpinan DPP PDIP sebagaimana ditirukan Roy.
Alhasil, saat SBY membacakan sumpah presiden pada 20 Oktober 2004, Mega memilih berkebun dan membaca buku di kediamannya di Kebagusan, Jaksel, tak memenuhi undangan pengambilan sumpah.

Sengaja
Menurut Prof Dr Tjipta Lesmana, SBY adalah politisi yang lihai. Bahkan dia menilai, ‘konflik’ SBY dengan Mega semata-mata konflik yang direkayasa sendiri oleh SBY.
Di halaman 307 pengamat politik ini menilai, konflik SBY-Mega yang dimulai pada 2004, sengaja dipelihara, kemudian di-blow up pada timing yang tepat dengan memanfaatkan media massa. Tujuannya untuk menarik simpati publik.
Kubu Megawati, tanpa sadar, digiring masuk perangkap, karena tidak jeli melihat permainan politik SBY yang cantik ini. Hal ini terutama tercermin dari ucapan-ucapan yang keluar dari kubu Megawati.
Dalam konflik Mega-SBY, SBY berhasil menciptakan opini publik, ia telah dizalimi oleh Mega; Mega dipojokkan sebagai pemimpin yang telah bertindak sewenang-wenang terhadap pembantunya, SBY. “Dan SBY pun berhasil gemilang “mengibuli” media massa, sedemikian rupa akhirnya mayoritas media massa berpihak kepada SBY,” tulis Prof Tjipta seperti ditulis detikcom.
Akibat dari strategi ini, begitu SBY terjun berkampanye, sambutan massa pun gegap gempita. “Rakyat seolah-olah menyambut seorang pahlawan yang baru saja dizalimi oleh penguasa otoriter bernama Megawati Soekarnoputri!” tulis Prof Tjipta.
Menurut Prof Tjipta, bukti SBY memelihara konfliknya dengan Megawati hingga saat-saat terakhir tampak dari pernyataan-pernyataan dan dua pucuk surat yang dikirimkan SBY kepada Presiden Megawati. Surat pengunduran dirinya sengaja dikirim pada saat yang kritis. Dan hanya 2 hari setelah mundur, SBY kampanye di Banyuwangi untuk Partai Demokrat, lalu keliling Nusantara untuk kampanye.
“Apakah kampanye di Banyuwangi pada 13 Maret (2004) hanya suatu koinsidensi? Mustahil! Jadwal kampanye itu pasti sudah dibuat jauh hari sebelumnya, ketika SBY masih “disibukkan” oleh perseteruannya dengan Megawati, ketika SBY masih beretorika “untuk mengkonsultasikan dan menemukan solusi sebetulnya pelaksanaan tugas saya sebagai Menko Polkam” (surat SBY pada Mega, 9 Maret-red)...” tulis Prof Tjipta di halaman 308.

Selanjutnya Prof Tjipta menulis:
“In restrospect, wajar kalau Megawati benci, bahkan benci setengah mati pada SBY. In restrospect pula, Megawati kemudian pasti sadar sesadar-sadarnya bahwa ia telah dijebak oleh SBY. Itulah sebabnya kenapa SBY tidak pernah mau terbuka ketika ditanya kesiapannya mencalonkan diri dalam Pemilu 2004. Ia memilih timing yang tepat untuk mendeklarasikan pencalonan dirinya, yaitu ketika opini publik sudah memvonis Megawati sebagai presiden yang telah memperlakukan salah satu menterinya, Menko Polkam, secara tidak adil dan sewenang-wenang yaitu me-nonjob-kan SBY selama berbulan-bulan.”

Seharusnya Mega Tahu
Konflik mereda setelah SBY mundur sebagai Menko Polkam dan menjadi capres dari Partai Demokrat (PD) pada 11 Maret 2004. SBY lalu maju Pilpres dan menjadi pemenang. Sedangkan Megawati sakit hati dan merasa ditikam dari belakang karena SBY tidak terbuka padanya maju sebagai capres semasa menjadi anak buahnya.
Padahal seharusnya Megawati sadar, SBY mengincar kursi presiden sejak 2001, setelah kalah dalam pertarungan memperebutkan kursi wapres di DPR. Kala itu Megawati menjadi presiden menggantikan Gus Dur. Hamzah Haz-lah yang terpilih sebagai wapres.
Kalah dalam pertarungan itu, SBY berinisiatif mendirikan PD. Sebuah kendaraan politik untuk mengantarkan SBY menduduki tampuk kekuasaan.
“Waktu itu kami berdiskusi, ikut partai besar atau membuat partai baru. Kita putuskan untuk membentuk partai sendiri. Kemudian beliau (SBY) bilang ‘Saya berikan nama Partai Demokrat,’ ujar salah satu pendiri PD, Thonty Bahaudin, kepada detikcom, Senin (16/3)
Menurut Thonty yang telah keluar dari PD ini, pertemuan tersebut terjadi pada 12 Agustus 2001 malam di Hotel Hilton (kini The Sultan), Jakarta Pusat (Jakpus). Sejumlah tokoh hadir dalam pertemuan yang menjadi sejarah dimulainya kejayaan PD itu.
Mereka di antaranya adalah SBY dan istrinya, Ani Yudhoyono, Thonty Bahaudin, Adhyaksa Dault, Kolonel Kurdhi Musthofa, M Yasin (Letjen M Yasin, keluar dari PD dan mendirikan Pakar Pangan-red), dan Ventje Rumangkang (keluar dari PD dan mendirikan Partai Barnas-red). PD diresmikan pada 12 September 2001.
“Niat awalnya memang untuk mengantarkan SBY menjadi presiden. Ibu Mega seharusnya sudah sadar waktu itu, ada apa ini mendirikan partai?” jelas Thonty.
Keinginan SBY untuk mencapreskan diri, lanjut Thonty, sudah matang. Jikalau pun SBY terkesan diam-diam dan belum mau terbuka, itu merupakan strategi pria asal Pacitan, Jawa Timur, ini.
SBY menunggu saat yang tepat. Dan momentum pun tiba ketika terjadi perseteruan politik yang cukup emosional antara SBY dan Megawati. SBY kemudian tampil ke publik sebagai ‘pembantu’ presiden yang terpinggirkan.
“Itulah sikap politisi yang sesungguhnya. politik itu kan nggak hitam putih. Dan Ibu Mega kena taktik politik SBY. Beliau (Megawati) kurang waspada,” kata Thonty.
Kalangan elit PD, lanjutnya, juga sudah tidak sabar menanti SBY hengkang dari kursi Menko Polkam. Setelah SBY Mundur, tekad untuk memenangkan SBY di ajang pilpres makin membesar. Seluruh elemen PD berjuang mati-matian untuk menjual SBY.
“Saya menciptakan slogan SBY (Selamatkan Bangsa yang Besar ini). Kita sebut SBY sebagai pendiri Partai Demokrat, dan sebagainya,"kata Thonty.

Kronologi Konflik SBY-Mega
BENIH-benih konflik Mega-SBY bermula pada 2003, saat muncul isu SBY akan maju sebagai capres. Setelah itu perseteruan mengerucut hingga akhirnya Mega enggan bertemu atau bicara dengan eks anak buahnya itu.
Berikut ini kronologi konflik keduanya, disarikan dari buku Prof Tjipta Lesmana Dari Soekarno Sampai SBY Intrik & Lobi Politik Para Penguasa:

Akhir 2003: Santer beredar isu Menko Polkam SBY akan maju dalam Pilpres 2004. SBY sering muncul dalam iklan di TV untuk sosialisasi pemilu. Karena banyak protes, KPU menghentikan tayangan itu. Kubu Mega mencium ‘aroma politik’ SBY dan mengucilkannya.

1 Maret 2004: Sesmenko Polkam Sudi Silalahi menyatakan, SBY merasa dikucilkan oleh Presiden Megawati dengan tidak dilibatkan dalam pembahasan tentang PP Kampanye Pejabat Tinggi Negara. Istana menjawab, saat itu SBY ada di Beijing. ‘Perang mulut’ kedua kubu pun dimulai. Taufiq Kiemas menyebut SBY ‘jenderal kok kayak anak kecil’.

9 Maret 2004: SBY mengirim surat pada Megawati, isinya konsultasi tugasnya sebagai Menko Polkam. Mega tak membalasnya.

11 Maret 2004: SBY mengirim surat pada Megawati, mengundurkan diri sebagai Menko Polkam.

13 Maret 2004: SBY berkampanye di Banyuwangi untuk Partai Demokrat.

16 September 2004: ‘Debat capres’ di televisi. Mega berpesan pada panitia bahwa tidak ada acara jabat tangan antar sesama capres.

5 Oktober 2004: Hari TNI ke-59, Presiden Megawati berpesan agar semua pihak legowo menerima hasil pilpres. Mega meneteskan air mata.

Saat itu KPU telah mengumumkan bahwa pemenang pilpres adalah SBY. SBY hadir dalam HUT TNI itu dan menjadi ‘bintang lapangan’. Tempat duduk SBY dan Mega diatur sedemikian rupa sehingga keduanya tidak berjumpa.

20 Oktober 2004: SBY membacakan sumpah presiden. Mega yang diundang menolak datang dengan alasan agar khusyuk mendoakan acara SBY itu berjalan lancar. Faktanya, Mega memilih berkebun dan membaca buku di rumahnya di Kebagusan, Jaksel.

20 Oktober 2004 sore: Mega mengundang warga sekitar dan kader PDIP untuk buka puasa di Kebagusan. “Saya katakan, kita bukan kalah (dalam pemilu), tapi kurang suara. Jangan merasa kita kalah, kita hanya kekurangan suara!” pidato Mega kala itu.

Saat Mega bertanya apakah kader PDIP siap merebut kembali ‘kursi’ yang lepas itu, hadirin menjawab, “Siaaap!”

Tahun 2005: Indonesia menjadi tuan rumah Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika. Presiden SBY mengutus Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro untuk menyampaikan undangan pada Mega, sebab Purnomo dinilai dekat dengan Mega.
Mega menolak menerima Purnomo.(Harian Singgalang)